Minggu, 23 Maret 2014



Tahun 2014 saatnya masyarakat Indonesia berpesta demokrasi. Tapi apa benar semua masyarakat ikut perpartisipasi dalam pemilihan umum 9 april nanti?

Saat ini sebagian masyarakat seakan bersikap anti politik, karena apa? Lihat saja tingkah polah pemimpin kita saat ini, seakan mereka menjelaskan kepada masyarakat bahwa mereka sangat hina. KKN (Korupsi Kolusi Nepotisme) seakan menjadi hal yang lumrah di kalangan pejabat, tindak asusila yang dilakukan para pejabat pun banyak yang telah terekspos. Memang tidak semua pemimpin seperti itu tapi semua itu sudah cukup mencerminkan pemerintahan negeri ini.Apa itu hasil era Reformasi ini? 16 tahun era Reformasi tapi Negara ini tidak semakin baik tapi semakin terpuruk.  
Masyarakat seperti dipermainkan oleh penguasa, penguasa yang hanya bekerja untuk dirinya sendiri bukan untuk mengabdi. Lalu apa kita sebagai rakyat kecil hanya bisa PASRAH???
 
Jawabannya TIDAAAKK!!!
Ya tidak, kita masih mempunyai kesempatan untuk memperbaikinya. PEMILU 2014 ini kita harus bisa berfikir bijaksana . pilihlah calon pemimpin dan wakil rakyat yang benar – benar memenuhi criteria dan berkualitas sebagai seorang pemimpin dan wakil rakyat. Mungkin banyak diantara mereka yang bermain money politik , tapi kembali ke diri kita apakah kita mau menerima uang yang tidak seberapa itu untuk menjual suara kita, suara yang bisa menentukan nasib negeri ini????
Jadilah Rakyat yang cerdas, jangan biarkan uang membeli hak suara kita dan jangan biarkan mereka semakin menghancurkan negeri ini ……

Tuhanku, Dalang yang Adil

Kamis, 27 Februari 2014

                                                                     Hidup ini begitu keras..sangat keras namun
 apa daya kita hanya sebuah wayang, wayang yang harus tunduk dan patuh akan alur cerita yang disajikan sang dalang yaitu Tuhan. Tuhan semesta alam.
Tuhan…  Apa kau adil dalam menciptakan mahakarya ini, mahakarya penuh misteri, penuh coba dan penuh derita dalam kisahku ini?
Pertanyaan yang sering aku tanyakan dalam sujudku… dan aku belum merasakan keadilan yang engkau tulis dalam mahakaryaMu…
Aku nenek tua yang miskin dan aku mempunyai anak dan cucu yang hidup bersamaku. dengan cara memulung barang bekas aku menyambung hidupku yang penuh coba ini. Pahit memang tapi apa daya, inilah hidupku yang harus selalu ku syukuri, meskipun terkadang hati selalu protesakan keadaan ini.
Suatu hari saat aku memulung aku mengajak cucuku. kakiku terus kulangkahkan meskipun letih, jika tidak kulakukan bagaimana kami bisa makan? Benar aku memang sudah lanjut usia tapi atas izin sang pencipta aku masih diberi kekuatan dalam bekerja karena anak lelakiku sedang terbaring sakit dirumah,  ya ini memang harus ku lakukan demi sesuap nasi yang sangat jarang aku makan akhir – akhir ini.
Matahari mulai menusk kulit keriputku, aku beristirahat di gubuk depan kebun singkong. Tiba – tiba cucuku menangis, “kenapo nang?” tanyaku pada cucuku yang memegang perutnya. “mbah Dido lapar, perut Dido sakit.” Ucapnya dengan polos. “purun telo nang?mbah pundutke nggeh?mengko dimasak neng omah” dan cucuku langsung menjawabnya dengan anggukan. Lalu aku berjalan ke kebun singkong di depan dan aku tarik 1 pohon yang tidak terlalu besar dan kira – kira sudah siap panen. “ Alhamdulillah, ngapurane gusti…niki kangge putu kulo…” dan saat aku mengambil singkong itu aku dipergoki pemilik kebun tersebut. Tubuhku gemetar dan meletakkan singkong yang ku ambil di tanah, aku memohon maaf dan menjelaskan pada sang pemilik dengan tertunduk dan menangis tapi pemilik  kebun itu tidak terima ,aku menjelaskan kalau cucuku sedang kelaparan dan aku hanya mengambil 2 batang singkong tapi dia mengancamku untuk melaporkan perbuuatanku ke polisi lalu pergi.
“Y allah,…cobaan nopo maleh niki gusti” isakku dengan berjalan tersendat – sendat menghampiri cucuku di gubug.
Benar saja esok harinya aku di jemput polisi dan dibawa kekantor polisi. Aku pasrah, dan membiarkan tubuhku yang renta ini di tuntun ke mobil polisi.
1 minggu setelah penangkapan itu diadakan persidangan. Saat aku memperhatikan apa yang dibacakan aku kurang memahami karena aku tidak paham dengan hukum yang ada. Tetapi kalimat terakhir yang dibacakan oleh pak hakim aku bisa menangkap maksudnya, “terdakwa akan dijatuhi hukuman berupa denda Rp 1.000.000,- jika terdakwa tidak bisa membayar denda tersebut maka terdakwa akan dipenjara selama 2,5 tahun.” Hatiku benar – benar runtuh, aku harus bagaimana? Bagaimana dengan cucuku dan anakku?
Dan tiba – tiba keajaiban datang, hakim agung membuka topi dan mengeluarkan uang Rp 1.000.000 dan berbicara “Saya atas nama pengadilan, juga
menjatuhkan denda kepada tiap
orang yang hadir diruang sidang ini
sebesar 50rb rupiah, sebab menetap
dikota ini, yang membiarkan
seseorg kelaparan sampai harus
mencuri untuk memberi makan
cucunya....
" Sdr panitera, tolong kumpulkan
dendanya dalam topi saya ini lalu
berikan semua hasilnya kepada
terdakwa ."
Sampai palu diketuk dan hakim
 meninggaikan ruang
sidang, nenek itupun pergi dengan
mengantongi uang 3,5jt rupiah...
Termasuk uang 50rb yg
dibayarkan oleh manajer PT X ***
yang tersipu malu karena telah
menuntutnya.
Aku sujud syukur dan bersyukur pada Allah, sang dalang yang maha adil. Aku telah merasakan keadilan yang di tulis sang dalang dalam kisahku
TERIMA KASIH YA ALLAH….