Hidup
ini begitu keras..sangat keras namun
apa daya kita hanya sebuah wayang, wayang
yang harus tunduk dan patuh akan alur cerita yang disajikan sang dalang yaitu
Tuhan. Tuhan semesta alam.
Tuhan…
Apa kau adil dalam menciptakan mahakarya
ini, mahakarya penuh misteri, penuh coba dan penuh derita dalam kisahku ini?
Pertanyaan
yang sering aku tanyakan dalam sujudku… dan aku belum merasakan keadilan yang
engkau tulis dalam mahakaryaMu…
Aku
nenek tua yang miskin dan aku mempunyai anak dan cucu yang hidup bersamaku. dengan
cara memulung barang bekas aku menyambung hidupku yang penuh coba ini. Pahit memang
tapi apa daya, inilah hidupku yang harus selalu ku syukuri, meskipun terkadang
hati selalu protesakan keadaan ini.
Suatu
hari saat aku memulung aku mengajak cucuku. kakiku terus kulangkahkan meskipun letih,
jika tidak kulakukan bagaimana kami bisa makan? Benar aku memang sudah lanjut
usia tapi atas izin sang pencipta aku masih diberi kekuatan dalam bekerja
karena anak lelakiku sedang terbaring sakit dirumah, ya ini memang harus ku lakukan demi sesuap
nasi yang sangat jarang aku makan akhir – akhir ini.
Matahari
mulai menusk kulit keriputku, aku beristirahat di gubuk depan kebun singkong. Tiba
– tiba cucuku menangis, “kenapo nang?” tanyaku pada cucuku yang memegang
perutnya. “mbah Dido lapar, perut Dido sakit.” Ucapnya dengan polos. “purun telo
nang?mbah pundutke nggeh?mengko dimasak neng omah” dan cucuku langsung menjawabnya
dengan anggukan. Lalu aku berjalan ke kebun singkong di depan dan aku tarik 1
pohon yang tidak terlalu besar dan kira – kira sudah siap panen. “ Alhamdulillah,
ngapurane gusti…niki kangge putu kulo…” dan saat aku mengambil singkong itu aku
dipergoki pemilik kebun tersebut. Tubuhku gemetar dan meletakkan singkong yang
ku ambil di tanah, aku memohon maaf dan menjelaskan pada sang pemilik dengan
tertunduk dan menangis tapi pemilik kebun itu tidak terima ,aku menjelaskan kalau
cucuku sedang kelaparan dan aku hanya mengambil 2 batang singkong tapi dia mengancamku
untuk melaporkan perbuuatanku ke polisi lalu pergi.
“Y
allah,…cobaan nopo maleh niki gusti” isakku dengan berjalan tersendat – sendat menghampiri
cucuku di gubug.
Benar
saja esok harinya aku di jemput polisi dan dibawa kekantor polisi. Aku pasrah,
dan membiarkan tubuhku yang renta ini di tuntun ke mobil polisi.
1
minggu setelah penangkapan itu diadakan persidangan. Saat aku memperhatikan apa
yang dibacakan aku kurang memahami karena aku tidak paham dengan hukum yang ada.
Tetapi kalimat terakhir yang dibacakan oleh pak hakim aku bisa menangkap
maksudnya, “terdakwa akan dijatuhi hukuman berupa denda Rp 1.000.000,- jika
terdakwa tidak bisa membayar denda tersebut maka terdakwa akan dipenjara selama
2,5 tahun.” Hatiku benar – benar runtuh, aku harus bagaimana? Bagaimana dengan
cucuku dan anakku?
Dan
tiba – tiba keajaiban datang, hakim agung membuka topi dan mengeluarkan uang Rp
1.000.000 dan berbicara “Saya atas nama pengadilan,
juga
menjatuhkan denda kepada tiap
orang yang hadir diruang sidang ini
sebesar 50rb rupiah, sebab menetap
dikota ini, yang membiarkan
seseorg kelaparan sampai harus
mencuri untuk memberi makan
cucunya....
" Sdr panitera, tolong kumpulkan
dendanya dalam topi saya ini lalu
berikan semua hasilnya kepada
terdakwa ."
Sampai palu diketuk dan hakim
meninggaikan ruang
sidang, nenek itupun pergi dengan
mengantongi uang 3,5jt rupiah...
Termasuk uang 50rb yg
dibayarkan oleh manajer PT X ***
yang tersipu malu karena telah
menuntutnya.
menjatuhkan denda kepada tiap
orang yang hadir diruang sidang ini
sebesar 50rb rupiah, sebab menetap
dikota ini, yang membiarkan
seseorg kelaparan sampai harus
mencuri untuk memberi makan
cucunya....
" Sdr panitera, tolong kumpulkan
dendanya dalam topi saya ini lalu
berikan semua hasilnya kepada
terdakwa ."
Sampai palu diketuk dan hakim
meninggaikan ruang
sidang, nenek itupun pergi dengan
mengantongi uang 3,5jt rupiah...
Termasuk uang 50rb yg
dibayarkan oleh manajer PT X ***
yang tersipu malu karena telah
menuntutnya.
Aku sujud syukur dan
bersyukur pada Allah, sang dalang yang maha adil. Aku telah merasakan keadilan
yang di tulis sang dalang dalam kisahku
TERIMA KASIH YA ALLAH….
0 komentar:
Posting Komentar